Selasa, 20 Agustus 2019

“Candaanmu Kejam”


 ...

 "Zafran & Ayra"
...      
      Si abang ini, baru sebulan dapat adik, cewek pula dan sayangnya luar biasa.
Tapi sejak kelahiran adiknya, si abang yang usianya masih balita (bawah lima tahun) ini belum sampai hitungan jari ia pergi main keluar rumah. Padahal ia adalah anak yang aktif. Jika ditanya kenapa ia tak mau pergi main, jawabnya karena takut adiknya diculik orang. Ia serius saat mengatakan itu, dan memang anak kecil selalu serius dengan ucapannya. Apa yang ia katakan adalah jujur dari perasaanya. Kalau ia bilang takut, berarti itu memang karena ia takut.
      Tidak akan masalah jika alasannya enggan keluar rumah adalah karena selalu ingin dekat dengan adiknya yang lucu, tapi jika alasannya takut adiknya dibawa pergi orang lain, ini gak bisa dianggap biasa saja. Rasa takut dan khawatir itu akan berpengaruh pada mentalnya.
      Ketakutannya bukan tanpa alasan, karena kebanyakan orang-orang dewasa tega memberikan candaan “kejam” padanya. Pura-pura ingin membawa lari adiknya. Lalu si abang ini, yang belum mengerti konsep bercanda ala orang dewasa, merasa keberadaan adiknya terancam, khawatir sepanjang hari adiknya bakal dicuri hingga tak berani keluar rumah.

Senin, 01 April 2019

“Memories of Alhambra; kisah Seputar Peradaban Islam yang Tenggelam di Andalusia”


...
"Alhambra"
....
Baru-baru ini, ada sebuah drama Korea yang berjudul “Memories Of Alhambra” yang sebagian proses syutingnya dilakukan langsung di Andalusia, Spanyol. Mungkin banyak di antara kita yang tidak menonton drama ini, terlebih jika bukan dari barisan pecinta Kpop. Tapi, informasi terkait drama ini, bahkan trailernya banyak berseliweran di timeline media sosial. Sebagai Muslim, seperti ada getaran kebanggan juga kesedihan di dalam hati tiap kali mendengar atau membaca apapun yang berhubungan dengan Alhambra, Andalusia dan Granada. Memories of Alhambra, menggelitik sanubari untuk kembali membuka lembaran sejarah mengenai gemilangnya Islam di Semenanjung Iberia, sekitar lima abad yang silam.
Saat ini, Andalusia merupakan bagian dari Spanyol, negara yang lebih terkenal dengan Madrid dan Barcelonanya, terletak di bagian selatannya Semenanjung Iberia dan menghadap langsung ke Laut Mediterania dan Samudra Atlantik, sedang dengan Benua Afrika, Andalusia hanya dipisahkan oleh selat sempit bernama Selat Gibraltar. Saat Islam berkuasa di wilayah Semenanjung Iberia ini, kekuasaan Islam tidak hanya mencakup Spanyol, tapi juga meliputi Portugis dan sebagian besar wilayah selatan Prancis.
Nama Andalusia berasal dari bahasa Arab “ Al Andalus”, nama ini diambil dari nama bangsa yang menguasai Spanyol sebelum Islam tiba, yaitu bangsa Vandal, sebuah bangsa yang diperkirakan berasal dari Skandinavia Selatan. Bangsa Vandal menguasai Semenanjung Iberia (nama tua untuk Spanyol dan Portugis) sejak awal abad ke 5 masehi. Sebagian besar rakyat Vandal menganut Katolik namun di Andalusia saat itu juga terdapat sebagian kecil bangsa Yahudi. Bangsa Vandal akhirnya diperangi dan dikuasai oleh Bangsa Goth  (Visigoth) yang memaksakan ajaran Kristen Arian kepada mereka. Bukan hanya memaksakan keyakinan, Bangsa Vandal juga hidup tertindas secara ekonomi dan sosial di bawah kekuasaan Visigoth.

Selasa, 29 Januari 2019

"(Terlalu) Perfeksionis, Baguskah?"










Saya menulis ini, setelah lelah rasanya menjadi orang yang (terlalu)  perfeksionis.
***

Jika kamu adalah orang yang menuntut kesempurnaan dalam segala hal, apakah itu dalam pekerjaan, penampilan, sikap dan ucapan, dan bahkan dalam hal tatanan rumah dan ruang kerja, fix, kamu adalah manusia dengan tipe kepribadian perfeksionis; orang yang ingin segala sesuatunya serba baik tanpa cela, serba terencana dan berjalan sesuai dengan rencana-rencana itu, sangat memedulikan hal-hal detail dan sulit menolerir kesalahan.

Jadi, apa sih sebenarnya perfeksionis itu? Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme, yaitu keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi, ini menurut Wikipedia.

Sebenarnya, ada banyak kelebihan yang dimiliki oleh orang-orang perfeksionis. Mereka adalah orang-orang yang mengutamakan dan menjaga kualitas, terutama dalam pekerjaan. Karena itu, pekerjaan mereka lakukan dengan sepenuh hati dan serba teliti. Hal ini mungkin di satu sisi bisa dikatakan sebagai keunggulan mereka, tapi sayang, ternyata juga bisa menjadi penyebab seseorang yang perfeksionis sering bermasalah dengan orang lain. Mereka tidak hanya peduli dengan hasil kerja mereka, tapi juga kritis dengan hasil pekerjaan orang lain, terlebih jika masih ada kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sementara bagi orang-orang yang tidak meiliki kecendrungan sikap perfeksionis, atau para pecinta spontanitas, terlalu memerhatikan hal-hal detail bisa jadi dianggap konyol.

Selasa, 22 Januari 2019

“Perihal Ingatan, dan Cerita Haru dari Sebuah Gambar”














.
Ada beberapa hal dalam hidup ini yang bisa mengingatkan kita pada kejadian-kejadian yang lain. Seperti wangi citra yang mengingatkanku pada masa SMA dan aroma Lavenda yang mengingatkanku pada teman-teman pramuka. Segelas kopi yang mengingatkan pada masa-masa sulit menuntaskan skripsi. Juga suara knalpot yang mengingatkan ku pada jalan paling macet di Ibu Kota.
.
Begitupun gambar ini. Gambar yang saya ambil seminggu yang lalu, dalam perjalanan pulang ke rumah dari tempat kerja. Sesuatu membuatnya berkesan; seorang perempuan tua bekerja di sawah tepat di saat waktu maghrib tiba.
.
Pemandangan tentangnya dan jerami kuning kemerahan yang mengelilinginya merebut semua rasa bahagia di hati. Sebagaimana kata seorang novelis Indonesia; "seperti bahagia, tidak bahagia pun sederhana."
.
Ya, tidak bahagiapun sederhana. Sesederhana sebuah senja yang melukiskan perempuan tua dan hidup keras yang mesti dihadangnya. Ia tak melihatmu tapi memanggil perhatianmu. Lalu kau terenyuh, dan kesedihan itupun menyesak masuk ke rongga dadamu. Meski perjalananmu tetap berlanjut, sebongkah ingatanmu akan tetap tertinggal bersamanya, di sawah tempat perempuan tua itu biasa bergelut dengan takdir hidupnya.
.

Senin, 14 Januari 2019

"Aku; Hujan"














****
Mereka bilang, aku ini tanah,
menyimpan dan memendam.

Lalu kemudian kukatakan; aku ini awan.
memilih pudar bersama hujan, lalu luruh
dan detik kemudian hilang.

*

Rabu, 09 Januari 2019

“Kita (yang) Terbiasa Ditempa, Bukan Dimanja”















...
Tak apa-apa jika banyak hal berjalan serba tak lancar. Tak apa-apa jika dalam hidup kita menghadapi banyak kesulitan. Jika semuanya serba baik-baik saja, kapan kita belajar sabar dan menjadi dewasa?
.
Benar, kita sering merasa lelah. Merasa bahwa hidup telah berada di titik nadirnya. Tapi, toh,.. kita masih sanggup berjalan, tetap percaya bahwa hidup akan indah pada waktunya. Percaya bahwa tiap impian selalu pantas untuk diperjuangkan. Tak peduli semuanya akan terwujud, gagal atau bisa jadi nantinya akan diganti Tuhan dengan yang lebih baik. Hidup selalu penuh dengan kejutan-kejutan, bukan..?
.
Tugas kita berjuang, bukan memaksakan segalanya berjalan sesuai dengan keinginan. Tugas kita mencoba, dan belajar dari berbagai kegagalan dan keberhasilan. Jika nanti sedih dan letih kembali mendera, mari sejenak kita berhenti, duduk bersama utuk mengingat lagi segalanya. Sesekali dalam perjalanan, kita memang perlu menengok ke belakang. Agar saat ada keinginan untuk menyerah, kita sadar bahwa sudah melewati banyak hal hingga sampai di sini, jadi tak bisa begitu saja dihentikan.
.
Kita perlu berprasangka baik pada Tuhan dan pada kehidupan. Tuhan tak akan membiarkan kita melangkah tanpa pertolongan, dan hidup tak akan mengecewakan mereka yang tulus berjuang.
.
Jika nanti di antara kita ada yang lelah, semoga yang lain ikut menemani untuk mengisi tenaga lagi. Jika ada yang terjatuh, ulurkanlah tangan untuk membantu. Mari saling memeluk harapan, saling menguatkan dan saling mendoakan. Dan di tengah segala keterbatasan ini, kita akan mencoba merentangkan tangan selebar-lebarnya dan berkata ; “Kita bisa dan akan baik-baik saja”.
 

“sahabat.till.jannah”
Lakitan, 02/03-2018

Jumat, 21 Juli 2017

"Jeda"

Ambil jeda sejenak,
napak tilas ke suatu waktu di mana musim menghadirkan terlalu banyak hujan di kelopakmu.
Hari di mana kita menangis, hari di mana hati menjerit.
Dan kita terus saja berjalan, bukan karena ketabahan,
tapi.., apalagi yang bisa kita lakukan?

Lalu, apakabarmu hari ini, hati?
Masihkah meringis pada luka yang meniadakan tawa?
Pada derai yang membuatmu tersendat dalam kata?

Ah, kita ini, seperti tak lepas dari cerita perihal luka.
Tapi, sayang, percayalah..!!
Kau pantas bahagia, kau layak bersuka.
Itu saja..!!


#22/7-2017, elfanidwi, basaampekbalai